KEHIDUPAN SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA DAN PEMERINTAHAN KERAJAAN DEMAK DAN BANTEN
KEHIDUPAN SOSIAL,EKONOMI,BUDAYA DAN PEMERINTAHAN KERAJAAN DEMAK DAN BANTEN
Kerajaan Islam Banten, Kehidupan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya Kerajaan Banten - Setelah kerajaan-kerajaan besar yang menganut agama Hindu Biddha seperti Majapahit dan Singasari runtuh, maka giliran kerajaan Islam yang mulai bermunculan. Kerajaan Islam Demak sebagai pelopor kemudian disusul oleh beberapa kemunculan kerajaan Islam lainnya. Salah satu kerajaan Islam di tanah Jawa selain Kerajaan Demak adalah Kerajaan Banten. Kerajaan atau kesultanan Banten ini berdiri pada tahun 1524. Kerajaan Islam Banten sendiri didirikan atas inisiatif dari Sunan Gunung Jati yang sebelumnya sudah mengislamkan daerah Cirebon. Banten sendiri pada mulanya adalah daerah kekuasaan dari Padjajaran yang Hindu. Kemudian karena Demak berhasil menghalau Portugis dari Banten, maka Banten menjadi kekuasaan Demak. Dan pada masa Sunan Gunung Jati, Banten masih dalam kekuasaan Kerajaan Islam Demak.
Kerajaan Islam Banten
Pada tahun 1552, Sunan Gunung Jati kemudian pulang ke Cirebon dan menyerahkan kekuasaannya di Banten kepada anaknya yaitu Maulana Hasanuddin. Banten sebagai salah satu Kerajaan Islam di tanah Jawa, termasuk memiliki perjalanan panjang dalam sejarahnya. Berdirinya Kerajaan Islam Banten ini juga menjadi satu tonggak bersejarah pengaruh Islam yang semakin luas. Masa kejayaan Kerajaan Banten pun menjadi sebuah diskusi yang menarik, selain itu, peninggalan Kerajaan Banten, kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya Kerajaan Banten juga menjadi bahasan menarik ketika membicarakan sejarah Kerajaan banten.
Kerajaan banten |
1.Kehidupan Politik Kerajaan Islam Banten
Kerajaan Islam Banten termasuk kerajaan Islam yang sudah memiliki stabilitas dalam kehidupan politiknya. Kerajaan Islam Banten atau kesultanan Banten Sultan pertamanya adalah Sultan Hasanuddin yang berkuasa pada tahun 1522-1570. Sultan Hasanuddin adalah putra dari Fatahillah atau Faletehan yang merupakan panglima perang dari Demak yang diutus oleh Sultan Trenggono menghalau Portugis dari Banten. Pada awalnya, Banten adalah termasuk daerah kekuasaan Kerajaan Islam Demak namun setelah msa Kemunduran Kerajaan Demak, Banten pun kemudian melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Islam Demak. Kemudian jatuhnya Malaka ke tangan Protugis kemudian membuat para pedagang muslim memindahkan jalur pelayaran melalui Selat Sunda.
Pada masa Sultan Hasanuddin ini lah Kerajaan Islam
Banten berkembang dengan sangat cepat dan menjadi pusat perdagangan. Kemudian Sultan Hasanuddin memperluas kekuasaannya menuju ke daerah penghasil lada seperti Lampung di Sumatra Selatan yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Cara ini sangat signifikan dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan lada terkemuka pada saat itu. Sultan Hasanuddin kemudian meninggal pada tahun 1570.
2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Islam Banten
Perkembangan Kerajaan Islam Banten semakin nyata dan signifikan dan keadaan ini semakin meningkatkan akselerasi proses penyebaran Islam di tanah Jawa. Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Islam Banten menjadi bandar perdagangan besar dan menjadi pusat penyebaran Islam. Stabilitas politik dan kedudukan Banten yang strategis semakin membuat kehidupan ekonomi Kerajaan Islam Banten berkembang pesat. Bahkan Banten menjadi salah satu pusat bandar perdagangan internasional. Banyak pedagang internasional yang singgah dan melakukan transaksi perdagangan di Banten. Banyak pedagang datang, seperti pedagang yang berasal dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya.
Banyaknya para pedagang dari luar negeri ini kemudian segera membentuk perkampungan baru yang berisi masyarakat dari berbagai negara pedagang tersebut. Ada kampung pecinan, ada kampung Arab, orang Indonesia mendirikan kampung Banda, dan orang Jawa mendirikan kampung Jawa dan masih banyak lagi yang lainnya. Perkembangan perdagangan yang pesat ini tentu sangat bagus untuk meningkatkan ekonomi Kerajaan Islam Banten.
3. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Islam Banten
Seiring dengan perkembangan pada kehidupan politik dan ekonomi, maka ketika politik dan ekonomi berkembang semakin maju, tentu saja kehidupan sosial budaya kerajaan Islam Banten juga semakin maju. Mulai dari sejak diislamkan oleh Fatahillah, kehidupan masyarakat Banten secara bertahap sudah mulai didasari atas ajaran Islam. Pengaruh Islam semakin kuat ketika kemudian Banten berhasil menaklukkan Kerajaan Padjajaran. Para pendukung kerajaan Padjajaran semakin tersisih dan berpindah menuju ke daerah pedalaman. Daerah pedalaman ini tepatnya di daerah Banten Selatan yang dikenal sebagai Suku Badui. Suku Badui ini sampai saat ini masih memegang kepercayaan mereka dari dulu atau sering disebut dengan kepercayaan Pasundan Kawitan yang berarti Pasundan yang pertama.
Kembali pada masyarakat Banten Islam, masyarakat Banten Islam di bawah Sultan Ageng Tirtayasa memiliki kehidupan sosial budaya yang cukup baik. Sultan sangat memperhatikan kesejahteraan dan sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa. Namun kemudian keadaan menjadi berubah dan turun drastis ketika Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dan kehidupan masyarakat mulai banyak dicampuri Belanda.
Komentar
Posting Komentar